Tuesday 3 November 2020

Pada Hari Ke-100 Aku Mengerti Makna Cinta Sesungguhnya

 


Reno dan Dian sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan  apapun, hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang  asik bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.
 
Dian: “Huuaahh bosen banget! Aku berharap Aku bisa punya pacar yang bisa berbagi denganku”.
Reno: “Hmm sepertinya cuma tinggal kita berdua yang masih jomblo. Cuma kita berdua yang sama2 belum punya pasangan”.
(Keduanya mengeluh dan diam beberapa saat)
 
Dian: “Aku punya ide bagus, gimana klo kita adakan permainan?”.
Reno: “Eh? Permainan apa?”.
Dian: “Gampang, Aku jadi pacar Kamu, Kamu jadi pacar Aku. Tapi cuma buat 100 hari. Gimana menurut Kamu?”.
Reno: “Boleh juga. Lagian Aku juga ga punya rencana apa2 buat beberapa bulan kedepan”.
Dian: “Klo gitu semangat dong! Hari pertama kita jadian nih. Mau jalan2 ke mana kita?”.
Reno: “Gimana klo kita nonton aja? Filmnya lagi bagus2 tuh di bioskop”.
Dian: “Wah boleh juga, habis nonton kita karaoke yuk!”.
Reno: “Boleh juga! Aku pengen denger suara Kamu. Hehe”.
(Mereka pun pergi nonton dan berkaraoke. Setelah itu Reno mengantarkan Dian pulang malam harinya)
 
Hari ke 2 . .
Reno dan Dian menghabiskan waktu berdua di sebuah cafe. Mereka  bercanda sambil mengobrol. Suasanan cafe yang remang2 dan lantunan suara  musik yang syahdu membawa hati mereka pada situasi yang romantis.  Sebelum pulang, Reno membelikan sebuah kalung perak berliontin bintang  untuk Dian.
 
Hari ke 3 . .
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan  untuk mencari kado untuk sahabat Reno. Setelah lelah berkeliling pusat  perbelanjaan, mereka memutuskan untuk membeli sebuah miniatur mobil2an.  Setelah itu mereka beristirahat di food court. Makan sepotong kue dan  segelas jus berdua dan mulai berpegangan tangan untuk pertama kalinya.
 
Hari ke 7 . .
Reno dan Dian bermain bowling. Tangan Dian terasa sakit karena tidak  pernah bermain bowling sebelumnya. Reno memijit-mijit tangan Dian  dengan lembut.
 
Hari ke 25 . .
Reno mengajak Dian makan malam  di Ancol Bay. Bulan sudah menampakan diri, langit yang cerah  menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka duduk menunggu  makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan suara  gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Dian memandang langit dan  melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.
 
Hari ke 41 . .
Reno berulang tahun. Dian membuatkan kue ulang tahun untuk Reno.  Bukan kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul  dalam hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. Reno  terharu menerima kue itu dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup  lilin ulang tahunnya.
 
Hari ke 67 . .
Menghabiskan waktu di  Dufan. Naik Halilintar, makan es krim bersama dan mengunjungi stand  permainan. Reno menghadiahkan sebuah boneka Teddy Bear untuk Dian dan  Dian membelikan sebuah pulpen untuk Reno.
 
Hari ke 72 . .
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari Negeri China. Dian  penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya  mengatakan, “Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang”. Kemudian  peramal itu meneteskan air mata sambil menggenggam tangan Reno dan  Dian.
 
Hari ke 84 . .
Reno mengusulkan agar mereka refreshing  ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi karena bukan waktunya liburan bagi  orang lain. Mereka melepaskan alas kaki dan berjalan sepanjang pantai  sambil berpegangan tangan, merasakan lembutnya pasir dan dinginnya air  laut menghempas kaki mereka. Matahari terbenam dan mereka berpelukan  seakan tidak ingin berpisah lagi.
 
Hari ke 99 . .
Reno  memutuskan untuk menjalankan hari ini dengan santai dan sederhana.  Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah bangku di taman  kota.
 
15.20 . .
Dian: “Aku haus, duduk dulu yuk sebentar!”.
Reno: “Duduk di sini. Aku beli minuman dulu ya. Kamu mau minum apa?”.
Dian: “Aku aja yang beli. Kamu kan cape habis nyetir seharian. Sebentar yaa”.
Reno mengangguk, karena kakinya memang sudah pegal setelah menyetir. Karena di Jakarta selalu macet dimana-mana.
 
15.30 . .
Reno sudah menunggu selama 10 menit dan Dian belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tidak dikenal berlari ke arahnya dengan wajah panik.
Reno: “Ada apa Pak?”.
Bapak: “Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Sepertinya perempuan itu adalah temanmu”.
 
Reno segera berlari bersama dengan Bapak itu.
Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang,  tergeletak tubuh Dian bersimbah darah, masih memegang botol minumannya.  Reno segera melarikan mobilnya membawa Dian ke rumah sakit terdekat.
Reno duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit. Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.
 
23.53 . .
Dokter: “Maaf, kami sudah melakukan yang terbaik. Saat ini dia masih  bernafas, namun Yang Maha Kuasa akan segera menjemputnya. Kami menemukan  surat ini di dalam kantung bajunya”.
Dokter memberikan surat yang  terkena percikan darah kepada Reno dan dia segera masuk ke dalam kamar  rawat untuk melihat Dian. Wajah Dian pucat tetapi terlihat damai.
 
Reno duduk disamping pembaringan Dian dan menggenggam tangan Dian dengan
erat. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Reno merasakan torehan luka yang sangat
dalam di hatinya. Butiran air mata mengalir dari kedua matanya.  Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Dian untuknya.
 
Dear Reno . . Hari ke 100 kita sudah hampir berakhir. Aku menikmati hari-hari yang  kulalui bersamamu. Walaupun kadang-kadang Kamu jutek, ketus dan tidak  bisa ditebak, tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam  hidupku. Aku sudah menyadari bahwa Kamu adalah pria yang sangat berharga  dalam hidupku. Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu  lebih dalam lagi sebelumnya.
Sekarang  Aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang  hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang  jatuh malam itu di pantai, Aku ingin Kamu menjadi cinta sejati dalam  hidupku. Aku ingin menjadi kekasihmu selamanya dan berharap Kamu juga  bisa berada disisiku seumur hidupku. Reno, Aku sangat sayang padamu.
 
23.58 . .
Reno: “Dian, apakah Kamu tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati  saat meniup lilin ulang tahunku? Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan  kita bersama-sama selamanya. Dian, Kamu tidak bisa meninggalkan Aku!  Hari yang kita lalui baru berjumlah 99 hari! Kamu harus bangun dan kita  akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama! Aku juga sayang padamu  Dian. Jangan tinggalkan Aku, jangan biarkan Aku kesepian! Dian, Aku  sayang Kamu!”.
 
Jam dinding berdentang 12 kali . .
 Jantung Dian berhenti berdetak . .
 Hari itu adalah hari ke 100 . .
 
Katakan perasaanmu pada orang yang Kamu sayangi sebelum terlambat.
Kamu tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.
Kamu tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan pernah kembali lagi.

Popular posts